Seperti terlihat dalam buku, rangkaian foto tersebut menunjukkan kesan ketegaran sang Imam dan keluarganya menghadapi pelaksanaan eksekusi. Pada petemuan terakhir tersebut, mereka makan nasi rendang yang disediakan oleh tentara. Dijelaskan dalam caption (yang mestinya lebih afdal ditampilkan dalam wujud aslinya berupa tulisan tangan), meski tak terbiasa dan merasa kepedasan, Dewi Siti Kalsum, istri Kartosoewirjo, tetap menyantap hidangannya. Begitupun anak-anak mereka: Tahmid Basuki Rahmat, Dodo Mohammad Darda, Kartika, Komalasari, dan Danti. Kartosoewirjo sendiri tidak makan. Dia memilih merokok dan minum kopi. Foto saat sesi minum kopi malah menunjukkan wajah Kartosoewirjo dan istrinya berhias senyuman. Dijelaskan pada caption: Kartosoewirjo menikmati kopi bersama istri sambil bersenda-gurau sejenak. Ketegaran serupa terlihat saat sang Imam, atas permintaan oditur militer, menyampaikan pesan terakhir kepada istri dan anak-anaknya. Tak terlihat ada yang menangis, menumpahkan air mata.
Pertemuan Kartosoewirjo dengan keluarga untuk terakhir kalinya, diisi dengan makan siang bersama. Uniknya, dalam makan siang tersebut, menu yang disajikan ialah rendang. Padahal, dalam buku tersebut dikatakan bahwa Dewi Siti Kalsum, istri Kartosoewirjo, tidak terbiasa memakan rendang.
Buku Hari Terakhir Kartosoewirjo
Beberapa waktu lalu terbit buku Hari Terakhir Kartosoewirjo (Jakarta: Fadlin Zon Library, 2012), disusun oleh Fadli Zon. Buku tersebut berisi 81 foto eksklusif dan orisinal hari-hari terakhir Kartosoewirjo, sejak menjelang diekskusi, ketika diekskusi, hingga imam Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII) itu dikuburkan. Tak pelak lagi buku tersebut merupakan sumber informasi paling mutakhir dan akurat tentang Kartosoewirjo, yang dieksekusi mati pada 12 September 1962, terutama menyangkut hari-hari terakhir sang imam. Ia menggambarkan, mengoreksi, memastikan hal-hal keliru dan meragukan tentang eksekusi Kartosoewirjo. Tak diragukan lagi bahwa buku 94 halaman itu merupakan sumber sejarah yang sangat penting.
VIVAnews - Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon meluncurkan buku "Hari Terakhir Kartosoewirjo: 81 Foto Eksekusi Mati Imam DI/TII". Buku setebal 91 halaman itu menampilkan foto-foto detik terakhir kematian ulama kharismatik yang memiliki nama lengkap, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo sebelum dieksekusi mati oleh militer."Sebuah cerita yang tidak bisa kita tangkap kecuali dengan melihat arsip foto detik terakhir eksekusi mati Kartosoewirjo," kata Fadli Zon dalam bedah bukunya di Galery Cipta II, TIM, Cikini, Jakarta, Rabu 5 September 2012.Menurutnya, dalam berbagai karya tulis mengenai Kartosoewirjo yang telah ada, sangat sedikit sekali bukti foto yang ditampilkan. Apalagi detik terakhir tokoh DI/TII itu ketika menjalani eksekusi mati. Padahal, kata Fadli Zon, arsip foto adalah kekayaan yang sangat berharga dalam pengembangan sejarah."Minimnya publikasi foto Kartosoewirjo tidaklah mengherankan, karena memang sangat sulit untuk memperolehnya," ujarnya.Kondisi ini mengakibatkan beberapa informasi penting mengenai kapan dan di mana Kartosoewirjo dieksekusi mati, belum terjawab.Di dalam buku ini, terangkai secara urut arsip foto prosesi eksekusi mati Kartosoewirjo yang terjadi pada 5 September 1962. Di buku ini juga, kata Fadli Zon, misteri lokasi eksekusi mati sekaligus makam Kartosoewirjo terjawab sudah."Foto-foto di buku itu bercerita bahwa Kartosoewirjo dieksekusi mati dan dimakamkan di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu. Bukan di Pulau Onrust atau di pulau-pulau lain," dia menegaskan.Fadli Zon berharap, buku yang disusunnya berdasar foto-foto otentik ini dapat memberi nilai sejarah baru yang belum diketahui secara luas oleh masyarakat Indonesia tentang detik-detik akhir kematian Kartosoewirjo."Buku ini mungkin bisa menyibak kabut misteri selama 50 tahun ini menjadi tanda tanya bagi keluarga, peneliti, dan masyarakat umum," kata dia.
Saya bergidik. Buku foto bersampul hijau itu berisi 81 foto hari terakhir Kartosuwiryo, Pimpinan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia, mulai dari pertemuan terakhir Kartosoewirjo dengan istri dan lima anaknya, makan siang, perjalanannya ke pulau Ubi (kepulauan Seribu), hingga eksekusi oleh regu tembak dan pemakamannya.
Rangkaian foto dalam buku itu membuat saya terlempar ke masa lalu, seolah ikut menyaksikan secara langsung peristiwa mengerikan itu. Mengikuti perjalanan sang imam besar melangkah menuju tiang eksekusinya dengan mata tertutup untuk ditembak mati disana menggetarkan mental saya. Foto-foto yang diambil secara berurutan itu mampu berbicara, bercerita tanpa caption. Tidak diketahui siapa fotografernya, tapi menurut Fadli Zon dalam catatannya di buku tersebut, sangat mungkin diambil oleh salah satu anggota TNI yang bertugas hari itu. 2ff7e9595c
Comments